Kamis, 15 Desember 2016

Makalah Ekonomi MIKRO IANATUL MILLAH



NAMA : IANATUL MILLAH
NPM : 0116062591
JUDUL : NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Uang merupakan alat yang sah sebagai pembayaran dalam melakukan transaksi jual beli dan setiap negara pasti memiliki mata uang sendiri yang nilanya tidak sama antara mata uang satu negara dengan negara lain. Untuk itulah adanya kurs tukar atau nilai tukar yang disepakati antar dua negara yang tukar-menukar mata uang masing-masing negara tersebut. Saat ini, Indonesia  sedang diguncang oleh terus melemahnya kurs rupiah Indonesia terhadap dolar Amerika Serikat. Kurs tukar rupiah yang terus melemah terhadap dolar sangat beerdampak terhadap perekonomian Indonesia, baik itu berdampak positif maupun berdampak negatif.
Dolar Amerika Serikat yang merupakan patokan mata uang di seluruh dunia walaupun kenyataannya masih terdapat mata uang yang lebih kuat daripada dolar Amerika Serikat yaitu mata uang Euro (EUR) yang digunakan hampir di sebagian besar negara-negara di Eropa dan Poundsterling (GBP) yang merupakan mata uang negara Ratu Elizabeth, Inggris. Namun tetap saja, dolar Amerika Serikat menjadi patokan utama mata uang dunia dan patokan utama pertukaran uang di dunia.
Banyak masyarakat Indonesia yang mengharapkan nilai tukar rupiah terhadap dolar kembali stabil di posisi Rp 10.000,00 sekian atau bahkan mencapai Rp 9.000,00 sekian seperti pada tahun 2012 yang lalu. Sehingga harga bahan-bahan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia tidak naik secara drastis. Sifat pasar yang gemar menaikkan harga-harga ketika dolar naik dan tidak pernah menurunkan harga-harga ketika dolar turun membuat sebagian masyarakat Indonesia merasa kehidupannya terancam. Hal ini dikarenakan ketika harga-harga kebutuhan naik tidak diimbangi pula dengan naiknya pendapatan.


BAB II
PERMASALAHAN

2.1.    Rumusan Masalah :
1.  Apa pengertian nilai tukar rupiah ?
2.  Apa faktor yang menyebabkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat?
3. Bagaimana dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap sektor bisnis?
4. Sektor bisnis apa saja yang diuntungkan atas pelemahan nilai tukar rupiah?
5. Sektor bisnis apa saja yang dirugikan atas pelemahan nilai tukar rupiah dan apa upaya    yang dilakukan oleh para pengusaha menghadapi hal ini?
6. Bagaimana upaya pemerintah dalam menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar        Amerika Serikat?

2.3.    Tujuan
1.   Mengetahui penyebab melemahnya nilai tukar rupiah terhada dolar Amerika Serikat
2.    Mengetahui sektor bisnis apa saja yang diuntungkan dan dirugikan atas melemahnya nilai     tukar rupiah terhadap dolar serta kiat pengusaha dalam mempertahankan             bisnisnya
3.    Mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah untuk menstabilkan nilai tukar rupiah
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1. Pengertian Nilai Tukar Rupiah
              Menurut Fabozzi dan Franco (1996:724) an exchange rate is defined as theamount of one currency that can be exchange per unit of another currency, or the price of one currency in items of another currency.
            Sedangkan menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen, dan lain sebagainya. Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomidan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).

3.2. Penentuan Nilai Tukar
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu (Madura, 1993):
1. Faktor Fundamental
            Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator ekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar-negara, ekspektasi pasar dan intervensi Bank Sentral.
2. Faktor Teknis
            Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan devisa pada saat saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya.
3. Sentimen Pasar
            Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita-berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.



3.3. Sistem Kurs Mata Uang
            Menurut Kuncoro (2001: 26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang yang  berlaku di perekonomian internasional, yaitu:
1. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate), sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu :
     a. Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya oleh       mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut clean    floating exchange rate, di dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs.
     b. Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate) dimana otoritas   moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau          menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs.
2. Sistem kurs tertambat ( peged exchange rate). Dalam sistem ini, suatu Negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama “Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi  tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.
3. Sistem kurs tertambat merangkak ( crawling pegs). Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodic dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian  kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.
4. Sistem sekeranjang mata uang ( basket of currencies ). Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda.
5. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate). Dalam sistem ini, suatu Negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.

3.4. Sejarah Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia
            Sejak tahun 1970, negara Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar, yaitu:
1. Sistem kurs tetap (1970- 1978) Sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun 1964, Indonesia menganut sistem nilai tukar tetap kurs resmi Rp. 250/US$, sementara kurs uang lainnya dihitung berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap US$. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar pada tingkat yang ditetapkan, Bank Indonesia melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing.
2. Sistem mengambang terkendali (1978-Juli 1997) Pada masa ini, nilai tukar rupiah didasarkan pada sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Kebijakan ini diterapkan bersama dengan dilakukannya devaluasi rupiah pada tahun 1978. Dengan sistem ini, pemerintah menetapkan kurs indikasi (pembatas) dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu. Pemerintah hanya melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau bawah dari spread.
3. Sistem kurs mengambang (14 Agustus 1997-sekarang) Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap US$ semakin melemah. Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang maka pemerintah memutuskan untukmenghapus rentang intervensi (sistem nilai tukar mengambang terkendali) dan mulai menganut sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) pada tanggal 14 Agustus 1997. Penghapusan rentang intervensi ini juga dimaksudkan untuk mengurangi kegiatan intervensi pemerintah terhadap rupiah dan memantapkan pelaksanaan kebijakan moneter dalam negeri.




BAB IV
PEMBAHASAN

4.1.    Penyebab melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat
Dalam perdagangan internasional, kurs mata uang dapat diartikan sebagai perbandingan nilai antar mata uang di setiap negara dengan negara lain. Nilai tukar atau nilai kurs merupakan sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar uang terhadap pembayaran saat ini atau di kemudian hari, antara mata uang masing-masing negara. Setiap negara selalu menginginkan nilai mata uangnya stabil terhadap mata uang di negara lain, namun untuk mencapai hal tersebut tidaklah mudah. Menguat atau melemahnya nilai tukar mata uang tidak hanya ditentukan oleh kondisi dan kebijakan ekonomi dalam negeri, akan tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi  perekonomian negara lain yang menjadi mitra dalam perdagangan internasionalnya serta kondisi non-ekonomi seperti keamanan dan kondisi politik.
Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi melemahnya nilai tukar rupiah Indonesia terhadap dolar Amerika Serikat, baik itu faktor dalam negeri maupun faktor luar negeri:
a.    Faktor dalam negeri mempengaruhi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar
·      Perekonomian Indonesia yang kurang mapan
Rupiah termasuk soft currency, yaitu mata uang yang mudah terdepresiasi (depresiasi; melemahnya nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain yang dtentukan oleh mekanisme pasar) karena pereknomian di negara asalnya kurang mapan. Mata uang negara- negara berkembang umumnya adalah mata uang tipe ini, sedangkan mata uang negara maju seperti Amerika Serikat disebut hard currency, karena kemampuannya untuk mempengaruhi nilai mata uang yang lebih lemah. Selain itu sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia berbagi sentimen dengan negara berkembang lainnya. Artinya, ketika sentimen terhadap negara-negara berkembang secara umum baik, maka nilai rupiah akan cenderung menguat. Sebaliknya, ketika negara-negara berkembang yang lain banyak terjadi kerusuhan, bencana, dan lain sebagainya, maka rupiah akan melemah.
·      Pelarian modal kembali ke luar negeri  (Capital Flight)
Modal yang beredar di Indonesia, terutama di pasar finansial, sebagian besar adalah modal asing. Ini membuat nilai rupiah sedikit banyak tergantung pada kepercayaan investor asing terhadap prospek bisnis di Indonesia. Semakin baik iklim bisnis Indonesia maka akan semakin banyak investasi asing di Indonesia dan dengan demikian rupiah akan semakin menguat. Sebaliknya, semakin negatif pandangan investor terhadap Indonesia, rupiah akan kian melemah. Mari ambil contoh pemotongan stimulus yang dilakukan oleh Bank Central Amerika Serikat, The Fed, baru-baru ini. Kebijakan uang ketat (tight money policy) tersebut membuat investor memindahkan investasinya dari Indonesia kembali ke barat sehingga kemudian diikuti oleh  pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar.
·      Ketidakstabilan Politik-Ekonomi di Indonesia
Faktor yang paling mempengaruhi Rupiah adalah kondisi politik- ekonomi. Performa data ekonomi Indonesia, seperti pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto/Gross Domestic Product), inflasi, dan neraca perdagangan, juga cukup mempengaruhi rupiah.  Pertumbuhan yang bagus akan menyokong nilai rupiah, sebaliknya defisit neraca perdagangan yang bertambah akan membuat rupiah terdepresiasi. Dua sisi dalam neraca perdagangan, impor dan ekspor, sangat penting disini. Inilah sebabnya kenapa sangat penting bagi Indonesia untuk menggenjot ekspor dan mengurangi ketergantungan pada produk impor, defisit neraca perdagangan Indonesia dan tingginya inflasi yang menyebabkan kebutuhan akan dolar meningkat tajam karena impor lebih besar daripada ekspor.
·      Kultur bangsa yang cenderung konsumtif dan boros
Kultur bangsa yang cenderung konsumtif dan boros serta public policy terkait utang. Pemerintah akan kesulitan berutang di dalam negeri, maka kekurangan akan ditutupi dengan berutang ke luar negeri. Maka karena utang harus dibayar dengan mata uang dolar, nilai tukar rupiah terhadap dolar dipastikan melemah.
b.    Faktor di luar negeri mempengaruhi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar
·      Keadaan ekonomi Amerika Serikat yang baik
Dalam 8 tahun terakhir ekonomi AS memang cukup stabil, dan bahkan dalam 6 tahun terakhir mencapai kondisi pertumbuhan yang relatif tinggi, tingkat pengangguran turun, dan inflasi rendah. Kenaikan tingkat bunga yang cukup tinggi tidak akan membuat pertumbuhan ekonomi mereka menurun tajam.
·      Rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika The Fed tahun ini
Stimulus moneter sebesar 20% dari PDB Amerika atau US$3,8 triliun akan ditarik perlahan oleh Bank Sentral AS dengan menaikkan suku bunga. Dalam tiga tahun kedepan akan naik 2,5%-3%, AS ekonominya meningkat sendiri sehingga suku bunganya juga naik.

4 .2.       Dampak Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat
     Nilai rupiah yang tidak stabil akan sangat mempengaruhi ekonomi makro Indonesia. Secara garis besar, ada tiga variabel yang mempengaruhi ekonomi makro Indonesia. Variabel pertama yang berhubungan dengan nilai tukar rupiah berupa nilai keseimbangan permintaan dan penawaran terhadap mata uang dalam negeri maupun mata uang asing. Merosotnya nilai tukar rupiah merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat terhadap mata uang rupiah karena menurunnya peran perekonomian nasional atau karena meningkatnya permintaan mata uang asing sebagai alat pembayaran internasional. Dampak yang akan terjadi adalah meningkatnya biaya impor bahan baku.
Variabel yang kedua adalah tingkat suku bunga, dimana akan meningkatnya nilai suku bunga perbankan yang akan berdampak pada perubahan investasi di Indonesia. Sedangkan variabel yang ketiga adalah terjadinya inflasi, meningkatnya harga secara umum dan continue akibat konsumsi masyarakat yang meningkat, dan berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi dan spekulasi.

4.3.   Sektor Usaha Yang Diuntungkan Atas Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar
·           Produk Indonesia di luar negeri (Ekspor)
Harga produk Indonesia yang dijual di luar negeri akan makin murah lagi. Secara teoritis, hal ini bisa meningkatkan pangsa pasar bagi produk-produk Made in Indonesia. Selain itu, perusahaan berorientasi ekspor menerima pembayaran dari luar negeri dalam bentuk Dolar AS yang nilainya semakin tinggi seiring melemahnya rupiah. Dengan sendirinya, kondisi ini bisa meningkatkan ekspor Indonesia.
a.    Perikanan
Sejumlah perusahaan perikanan yang berorientasi ekspor memanfaatkan momentum ini untuk bisa menggenjot penjualan ekspor mereka hingga akhir tahun. Sebagai catatan, PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk (DSFI) membukukan penjualan 1.848 ton atau senilai Rp 136,54 miliar selama semester I–2015. Sebanyak 1.548 ton atau senilai Rp 131,47 miliar diantaranya untuk ekspor, sisanya lokal. DSFI juga berhasil mencetak laba bersih Rp 3,78 miliar. Berbeda dengan DSFI, PT Central Proteina Prima Tbk (CPRO) pada semester I-2015, mencatatkan penjualan Rp 4,64 triliun.
b.    Kopi
Selain itu, Ketua Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (Gaeki) Hutama Sugandhi mengatakan, eksportir dan petani kopi Indonesia mendapatkan keuntungan dari melemahnya mata uang rupiah.
c.    Kakao
Sektor lain, pengusaha dan petani kakao sebagai bahan baku cokelat meraup keuntungan lumayan dari pelemahan Rupiah akhir-akhir ini. Sebagai contoh, petani di Sulawesi Selatan yang mengalami penurunan volume produksi dalam beberapa bulan terakhir, namun dengan melemahnya rupiah, mereka tetap mendapatkan hasil menggembirakan.
Ketua Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Sulawesi Selatan, Yusa Rasyid Ali, mengungkapkan, harga kakao di pasar komoditas dunia sekitar USD3.028 perton. Kalau saja nilai dolar tidak menguat, dan nilai rupiah melemah, petani dan eksportir pasti akan rugi.
d.   Mebel
Selain itu, perusahaan furnitur juga mendapat banyak pesanan. Para pembeli dari beberapa negara seperti mebel dari Denmark, Jerman, dan Spanyol yang telah melakukan pemesanan membuat omset penjualan naik hingga 10% dari kondisi normal. Singkat kata, harga dolar yang tinggi jelas menguntungkan eksportir.
·           Agen Wisata
Sementara itu, melemahnya nilai tukar rupiah juga menguntungkan agen wisata. Di Yogyakarta misalnya, mereka kebanjiran pesanan dalam beberapa pekan ini. Wisatawan mancanegara biasanya melakukan reservasi setahun sebelum kunjungan ke Yogyakarta. Wisatawan mancanegara yang reservasi itu kebanyakan dari Eropa.

4.4. Sektor Usaha Yang Dirugikan Atas Pelemahan Nilai Tukar Rupiah dan Upaya Yang Dilakukan Oleh Pengusaha Dalam Menghadapi Hal Ini
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar sedikit banyak memberi persoalan terhadap berbagai sektor usaha. Para pengusaha khawatir karena biaya yang dikeluarkan perusahaan akan meningkat, terutama atas bahan baku yang berasal dari impor. Sementara daya beli masyarakat justru turun karena harga barang menjadi mahal.
Berikut adalah beberapa sektor usaha yang terkena dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar:
·           Pengusaha Tahu dan Tempe
Kita mulai dari level bawah, bagi para pengusaha yang bahan baku produknya berasal dari luar negeri, tentu hal ini menjadi kendala yang cukup serius bagi kelangsungan usahanya. Sebagai contoh ringan, pengusaha tahu tempe yang mengandalkan bahan baku kedelai impor (karena petani Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan kedelai nasional). Harga kedelai impor saat ini mencapai Rp 8.300,00 sampai Rp 8.500,00 per kilogramnya dari sebelumnya yang hanya Rp 8.000,00. Walaupun kenaikan harga kedelai tidak signifikan, bagi pengrajin kecil tentulah hal ini membebani usaha.
Untuk menyiasati kenaikan harga kedelai, para pengrajin tahu dan tempe melakukan berbagai hal untuk menekan kerugian. Mulai dari menaikkan harga, mencampur kedelai impor dengan kedelai lokal, mengecilkan ukuran, hingga membatasi produksi. Hal ini hanya dapat berlangsung sementara karena para konsumen nantinya akan mengeluh dan mulai mencari alternatif lain. Untuk itu para pengrajin tahu dan tempe berharap pemerintah dapat melakukan berbagai upaya dan kebijakan terkait kedelai yang selama ini masih sangat bergantung kepada Amerika Serikat.
·           Peternak
Selain tahu dan tempe, pengusaha pakan ternak juga dipastikan mengalami masalah serius. Hal itu karena lebih dari 50% bahan bakunya diimpor dari luar negeri. Selama ini para pengusaha mengimpor bahan baku pakan ternak (termasuk jagung) dari Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, dan India.
Produksi Jagung Nasional yang hanya mencapai 5,5 juta ton/tahun belum mampu mencukupi kebutuhan jagung nasional yang mencapai 8,5 juta ton/tahunnya. Dengan naiknya harga pakan ternak, otomatis harga daging ayam juga akan mengalami kenaikan.
Untuk menyiasati hal ini, para peternak melakukan berbagai hal diantaranya menaikkan harga daging ternak, memberi pakan alternatif, mengurangi populasi hewan ternak, dan mengandalkan pemakaian probiotik. Hal ini diharapkan dapat menekan kerugian serta dapat mendatangkan keuntungan walaupun tidak maksimal.
·            Pengusaha Elektronik dan Otomotif
Harga barang-barang elektronik dan otomotif juga dipastikan akan mengalami lonjakan drastis. Hal ini karena barang-barang tersebut merupakan produksi luar negeri, atau jika dibuat di Indonesia, bahan bakunya diimpor dari luar, atau minimalnya, pemilik/ pemegang saham perusahaan bukan orang pribumi. Kenaikan harga berdampak pada daya beli masyarakat terhadap produk-produk elektronik dan otomotif semakin rendah dan para pedagang pastinya bersiap-siap merasakan penurunan omset penjualannya.
     Para pengusaha elektronik dan otomotif juga melakukan berbagai hal untuk menyiasati dampak dari pelemahan nilai rupiah terhadap dolar ini. Diantaranya mengurangi kuota impor sampai dengan 20%, menaikkan harga barang, mengurangi kapasitas produksi, dan menunda peluncuran produk baru yang sudah diagendakan.

4.5.      Upaya Yang Dilakukan Pemerintah Untuk Menstabilkan Nilai Tukar Rupiah
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat membuat perekonomian di Indonesia berjalan lambat dan hal ini dikhawatirkan oleh para ekonom akan berlanjut ke krisis ekonomi moneter seperti yang terjadi pada tahun 1998. Untuk itulah pemerintah Indonesia melakukan beberapa kebijakan ekonomi yang diharapkan akan menarik minat investor untuk kembali menanamkan modalnya di Indonesia. Kebijakan-kebijakan ekonomi tersebut, diantaranya:
·      Menerapkan kembali UU No 7 tahun 2011
Salah satu upaya nyata yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi pelemahan rupiah adalah menegakkan kembali UU No 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. UU tersebut dengan tegas menetapkan bahwa setiap transaksi harus dilakukan dengan mata uang rupiah. Bila berhasil dilaksanakan sepenuhnya, tentu rupiah akan terjaga dari tekanan fluktuasi. Jadi, di dalam negeri akan dilarang bertransaksi dengan dolar.
·      Mendongkrak ekspor
Ekspor industri, terutama industri manufaktur, menjadi fokus pemerintah karena sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah pada kegiatan ekspor. Upaya untuk meningkatkan ekspor industri manufaktur ini sangat menjadi perhatian pemerintah, mengingat sektor industri manufaktur merupakan sektor yang memberikan nilai tambah tinggi bagi kegiatan ekonomi, termasuk kegiatan ekspor. Untuk mendukungnya, pemerintah telah melakukan revisi terhadap berbagai peraturan yang terkait dengan ekspor. Terutama di sektor produksi tekstil, sepatu, kakao, kopi, mebel, serta kertas. Pemerintah juga mempertimbangkan pemberian fasilitas untuk barang-barang modal yang masuk ke dalam negeri, agar dapat membantu dunia usaha mempertahankan daya saing produk-produknya, terutama produk ekspor. Peningkatan ekspor sangat penting untuk memperkuat nilai tukar rupiah, karena sangat sulit untuk menekan atau menghentikan aktivitas impor di era perdagangan bebas saat ini. Salah satu langkah yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengatasi persoalan tersebut adalah dengan menyiapkan seluruh struktur ekonomi nasional untuk mampu bersaing di era perdagangan bebas.
·      Penerbitan term deposit dan global bond untuk memperkuat rupiah oleh BI
Pemerintah tengah menyiapkan legal framework untuk penerbitan obligasi dolar di dalam negeri. Pendalaman pasar keuangan melalui penambahan instrumen moneter yang didukung kebijakan pemerintah akan mengatasi pelemahan niilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Kebijakan bank sentral menerbitkan term deposit dalam dolar AS diprediksi akan menyerap kelebihan likuiditas valuta asing yang selama ini ditempatkan perbankan di luar negeri sekaligus menstabilkan rupiah. Bank sentral juga akan melakukan monitoring melalui operasi moneter dalam valuta asing. Saat ini perdagangan valuta asing di dalam negeri terbatas karena adanya beberapa ketentuan.
Pertama, transaksi mata uang di dalam negeri harus memiliki underlying transaction. Kedua, harus full delivery sehingga tidak bisa menggunakan transaksi non-deliverable fordward (NDF). Ketiga, invesor asing tidak bisa memegang rupiah. Keempat, ruang lingkup perdagangan mata uang untuk hedging masih terbatas. Saat ini bank sentral hanya mengizinkan hedging untuk tiga bulan dan enam bulan.
·      Penekenan empat paket kebijkan yang berorientasi jangka panjang
Ada empat paket kebijakan yang akan diteken pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi setelah nilai tukar rupiah terpuruk. Pertama, pemberian insentif pajak kepada perusahaan yang melakukan ekspor dan perusahaan yang melakukan reinvestasi di dalam negeri dan keuntungan yang didapatnya. Kedua, upaya perlindungan produk dalam negeri melalui kebijakan Bea Masuk Anti Dumping Sementara (BMADS) dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Sementara (BMTPS). Ketiga, penerapan bebas visa. Keempat, penggunaan biofuel yang diharapkan bisa menghemat devisa yang dipakai untuk impor solar.
·       Meningkatkan iklan wisata untuk menarik wisatawan mancanegara
Untuk meningkatkan minat wisatawan mancanegara, pemerintah menambah dana promosi untuk tahun ini sebesar Rp 1,3 triliun. Sebelumnya dana untuk promosi pariwisata hanya disediakan Rp 300 miliar. Hal ini juga didukung dengan pembebasan visa bagi 30 negara. Pemerintah berharap hal ini dapat meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 2 juta orang setiap tahunnya meskipun saat ini terjadi kelesuan ekonomi di beberapa negara.



 BAB V
PENUTUP

5.1.      Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor internal terdiri dari perekonomian Indonesia yang kurang mapan, pelarian modal kembali ke luar negeri (Capital Flight), ketidakstabilan politik-ekonomi di Indonesia, dan kultur bangsa yang cenderung konsumtif dan boros. Sedangkan faktor eksternal berupa keadaan ekonomi Amerika Serikat yang baik dan Rencana kenaikan suku bunga Bank Central Amerika The Fed 2015.
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar memilik dampak positif dan negatif terhadap para pelaku bisnis. Dampak positif dari pelemahan nilai tukar rupiah sangat dirasakan pada sektor perikanan, kopi, kakao, mebel dan produk lainnya yang sebagian besar diekspor ke luar negeri. Mereka cenderung menggunakan dolar Amerika Serikat sebagai alat transaksi.
Dampak negatifnya adalah harga bahan baku impor yang naik menyebabkan para pelaku bisnis harus berupaya untuk menutupi kerugian dengan menaikkan harga produk, mengurangi ukuran produk, mengurangi produksi dan sebagainya. Hal ini perlu dilakukan untuk tetap bertahan dalam perekonomian yang tidak stabil seperti sekarang ini.
Berbagai upaya pun dilakukan oleh pemerintah dengan menetapkan berbagai kebijakan seperti menerapkan kembali UU No 7 tahun 2011, mendongkrak ekspor, meneken empat paket kebijakan, meningkatkan iklan wisata, dan berbagai tindakan lainnya untuk menstabilkan perekonomian Indonesia dan menguatkan nilai mata uang rupiah.

5.2.      Saran
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar memberikan banyak dampak negatif terhadap para pelaku bisnis, hal ini disebabkan bahan baku produksi yang sebagian besar harus diimpor dari luar negeri karena persediaan dalam negeri yang terbatas. Hal ini tidak dapat dibiarkan terjadi secara terus-menerus, karena akan menghambat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Diperlukan peran penting dari pemerintah untuk menstabilkan kembali nilai rupiah, karena kebijakan yang dilakukan pemerintah saat ini dinilai lamban dan tidak efektif mengingat posisi nilai tukar rupiah saat ini masih dalam kondisi yang mengkhawatirkan.
Namun kita sebagai konsumen selayaknya mengapresiasi tindakan yang dilakukan oleh pemerintah selama ini dengan cara membeli produk dalam negeri dan membatasi pembelian produk dari luar, melakukan transaksi dengan menggunakan mata uang rupiah serta memilih berlibur di Indonesia daripada ke luar negeri. Hal ini sedikit banyak dapat memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sehingga perekonomian Indonesia menjadi stabil.




DAFTAR PUSTAKA