NAMA : IANATUL
MILLAH
NPM :
0116062591
JUDUL : NILAI
TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Uang merupakan alat yang sah sebagai
pembayaran dalam melakukan transaksi jual beli dan setiap negara pasti memiliki
mata uang sendiri yang nilanya tidak sama antara mata uang satu negara dengan
negara lain. Untuk itulah adanya kurs tukar atau nilai tukar yang disepakati
antar dua negara yang tukar-menukar mata uang masing-masing negara tersebut.
Saat ini, Indonesia sedang diguncang
oleh terus melemahnya kurs rupiah Indonesia terhadap dolar Amerika Serikat.
Kurs tukar rupiah yang terus melemah terhadap dolar sangat beerdampak terhadap
perekonomian Indonesia, baik itu berdampak positif maupun berdampak negatif.
Dolar Amerika Serikat yang merupakan
patokan mata uang di seluruh dunia walaupun kenyataannya masih terdapat mata
uang yang lebih kuat daripada dolar Amerika Serikat yaitu mata uang Euro (EUR)
yang digunakan hampir di sebagian besar negara-negara di Eropa dan
Poundsterling (GBP) yang merupakan mata uang negara Ratu Elizabeth, Inggris.
Namun tetap saja, dolar Amerika Serikat menjadi patokan utama mata uang dunia
dan patokan utama pertukaran uang di dunia.
Banyak masyarakat Indonesia yang
mengharapkan nilai tukar rupiah terhadap dolar kembali stabil di posisi Rp
10.000,00 sekian atau bahkan mencapai Rp 9.000,00 sekian seperti pada tahun
2012 yang lalu. Sehingga harga bahan-bahan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia
tidak naik secara drastis. Sifat pasar yang gemar menaikkan harga-harga ketika
dolar naik dan tidak pernah menurunkan harga-harga ketika dolar turun membuat
sebagian masyarakat Indonesia merasa kehidupannya terancam. Hal ini dikarenakan
ketika harga-harga kebutuhan naik tidak diimbangi pula dengan naiknya
pendapatan.
BAB II
PERMASALAHAN
2.1.
Rumusan Masalah :
1. Apa pengertian nilai tukar
rupiah ?
2. Apa faktor yang menyebabkan
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat?
3. Bagaimana dampak pelemahan nilai tukar rupiah
terhadap sektor bisnis?
4. Sektor bisnis apa saja yang diuntungkan atas
pelemahan nilai tukar rupiah?
5. Sektor bisnis apa saja yang
dirugikan atas pelemahan nilai tukar rupiah dan apa upaya yang dilakukan oleh para pengusaha menghadapi
hal ini?
6. Bagaimana upaya pemerintah dalam
menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat?
2.3.
Tujuan
1. Mengetahui penyebab melemahnya
nilai tukar rupiah terhada dolar Amerika Serikat
2. Mengetahui
sektor bisnis apa saja yang diuntungkan dan dirugikan atas melemahnya nilai tukar
rupiah terhadap dolar serta kiat pengusaha dalam mempertahankan bisnisnya
3. Mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah untuk
menstabilkan nilai tukar rupiah
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Pengertian Nilai Tukar Rupiah
Menurut
Fabozzi dan Franco (1996:724) an exchange rate is defined as theamount of one currency
that can be exchange per unit of another currency, or the price of one currency
in items of another currency.
Sedangkan
menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap
mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata
rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar
rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen, dan lain sebagainya.
Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar
saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan
investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dolar AS
memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomidan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari,
2003).
3.2. Penentuan Nilai Tukar
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai
tukar, yaitu (Madura, 1993):
1. Faktor Fundamental
Faktor fundamental berkaitan dengan
indikator-indikator ekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan
antar-negara, ekspektasi pasar dan intervensi Bank Sentral.
2. Faktor Teknis
Faktor
teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan devisa pada saat saat
tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka
harga valas akan naik dan sebaliknya.
3. Sentimen Pasar
Sentimen
pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-berita politik yang bersifat
insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik atau turun secara tajam dalam
jangka pendek. Apabila rumor atau berita-berita sudah berlalu, maka nilai tukar
akan kembali normal.
3.3. Sistem Kurs Mata Uang
Menurut
Kuncoro (2001: 26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu:
1. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate), sistem kurs ini
ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh
otoritas moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs
mengambang, yaitu :
a.
Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan
pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating
exchange rate, di dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk
menetapkan atau memanipulasi kurs.
b.
Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate) dimana otoritas
moneter berperan aktif dalam
menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena
otoritas moneter perlu membeli atau menjual
valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs.
2. Sistem kurs tertambat ( peged exchange rate). Dalam sistem ini, suatu
Negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok
mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama
“Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut bergerak
mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.
Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya
berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.
3. Sistem kurs tertambat merangkak ( crawling pegs). Dalam sistem ini,
suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara
periodic dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu
tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur
penyesuaian kursnya dalam periode yang
lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat
menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau
devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.
4. Sistem sekeranjang mata uang ( basket of currencies ). Banyak negara
terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang
mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang
suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang.
Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang“ umumnya ditentukan oleh
peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang
berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara
tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari
beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda.
5. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate). Dalam sistem ini, suatu Negara mengumumkan
suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui
untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs
tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang
sangat sempit.
3.4. Sejarah Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di
Indonesia
Sejak
tahun 1970, negara Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar, yaitu:
1. Sistem kurs tetap (1970- 1978) Sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun 1964,
Indonesia menganut sistem nilai tukar tetap kurs resmi Rp. 250/US$, sementara
kurs uang lainnya dihitung berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap US$. Untuk
menjaga kestabilan nilai tukar pada tingkat yang ditetapkan, Bank Indonesia
melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing.
2. Sistem mengambang terkendali (1978-Juli 1997) Pada masa ini, nilai tukar
rupiah didasarkan pada sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies).
Kebijakan ini diterapkan bersama dengan dilakukannya devaluasi rupiah pada
tahun 1978. Dengan sistem ini, pemerintah menetapkan kurs indikasi (pembatas)
dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu. Pemerintah hanya melakukan
intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau bawah dari spread.
3. Sistem kurs mengambang (14 Agustus 1997-sekarang) Sejak pertengahan Juli
1997, nilai tukar rupiah terhadap US$ semakin melemah. Sehubungan dengan hal tersebut
dan dalam rangka mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang maka
pemerintah memutuskan untukmenghapus rentang intervensi (sistem nilai tukar mengambang
terkendali) dan mulai menganut sistem nilai tukar mengambang bebas (free
floating exchange rate) pada tanggal 14 Agustus 1997. Penghapusan rentang
intervensi ini juga dimaksudkan untuk mengurangi kegiatan intervensi pemerintah
terhadap rupiah dan memantapkan pelaksanaan kebijakan moneter dalam negeri.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.
Penyebab melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat
Dalam perdagangan
internasional, kurs mata uang dapat diartikan sebagai perbandingan nilai antar
mata uang di setiap negara dengan negara lain. Nilai tukar atau nilai kurs
merupakan sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar uang terhadap
pembayaran saat ini atau di kemudian hari, antara mata uang masing-masing
negara. Setiap negara selalu menginginkan nilai mata uangnya stabil terhadap
mata uang di negara lain, namun untuk mencapai hal tersebut tidaklah mudah.
Menguat atau melemahnya nilai tukar mata uang tidak hanya ditentukan oleh
kondisi dan kebijakan ekonomi dalam negeri, akan tetapi juga dipengaruhi oleh
kondisi perekonomian negara lain yang
menjadi mitra dalam perdagangan internasionalnya serta kondisi non-ekonomi
seperti keamanan dan kondisi politik.
Berikut merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi melemahnya nilai tukar rupiah Indonesia terhadap dolar Amerika
Serikat, baik itu faktor dalam negeri maupun faktor luar negeri:
a. Faktor dalam negeri mempengaruhi
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar
· Perekonomian
Indonesia yang kurang mapan
Rupiah termasuk soft currency, yaitu mata uang yang mudah terdepresiasi
(depresiasi; melemahnya nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain
yang dtentukan oleh mekanisme pasar) karena pereknomian di negara asalnya
kurang mapan. Mata uang negara- negara berkembang umumnya adalah mata uang tipe
ini, sedangkan mata uang negara maju seperti Amerika Serikat disebut hard currency, karena kemampuannya untuk
mempengaruhi nilai mata uang yang lebih lemah. Selain itu sebagai salah satu
negara berkembang, Indonesia berbagi sentimen dengan negara berkembang lainnya.
Artinya, ketika sentimen terhadap negara-negara berkembang secara umum baik,
maka nilai rupiah akan cenderung menguat. Sebaliknya, ketika negara-negara
berkembang yang lain banyak terjadi kerusuhan, bencana, dan lain sebagainya,
maka rupiah akan melemah.
· Pelarian
modal kembali ke luar negeri (Capital
Flight)
Modal yang beredar di Indonesia,
terutama di pasar finansial, sebagian besar adalah modal asing. Ini membuat
nilai rupiah sedikit banyak tergantung pada kepercayaan investor asing terhadap
prospek bisnis di Indonesia. Semakin baik iklim bisnis Indonesia maka akan
semakin banyak investasi asing di Indonesia dan dengan demikian rupiah akan
semakin menguat. Sebaliknya, semakin negatif pandangan investor terhadap
Indonesia, rupiah akan kian melemah. Mari ambil contoh pemotongan stimulus yang
dilakukan oleh Bank Central Amerika Serikat, The Fed, baru-baru ini. Kebijakan
uang ketat (tight money policy)
tersebut membuat
investor memindahkan investasinya dari Indonesia kembali ke barat sehingga
kemudian diikuti oleh pelemahan nilai
tukar rupiah terhadap dolar.
· Ketidakstabilan
Politik-Ekonomi di Indonesia
Faktor yang paling mempengaruhi
Rupiah adalah kondisi politik- ekonomi. Performa data ekonomi Indonesia,
seperti pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto/Gross Domestic Product),
inflasi, dan neraca perdagangan, juga cukup mempengaruhi rupiah. Pertumbuhan yang bagus akan menyokong nilai
rupiah, sebaliknya defisit neraca perdagangan yang bertambah akan membuat rupiah
terdepresiasi. Dua sisi dalam neraca perdagangan, impor dan ekspor, sangat
penting disini. Inilah sebabnya kenapa sangat penting bagi Indonesia untuk
menggenjot ekspor dan mengurangi ketergantungan pada produk impor, defisit
neraca perdagangan Indonesia dan tingginya inflasi yang menyebabkan kebutuhan
akan dolar meningkat tajam karena impor lebih besar daripada ekspor.
· Kultur
bangsa yang cenderung konsumtif dan boros
Kultur bangsa yang cenderung
konsumtif dan boros serta public policy
terkait utang. Pemerintah akan kesulitan berutang di dalam negeri, maka
kekurangan akan ditutupi dengan berutang ke luar negeri. Maka karena utang
harus dibayar dengan mata uang dolar, nilai tukar rupiah terhadap dolar
dipastikan melemah.
b. Faktor di luar negeri
mempengaruhi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar
· Keadaan
ekonomi Amerika Serikat yang baik
Dalam 8 tahun terakhir ekonomi AS
memang cukup stabil, dan bahkan dalam 6 tahun terakhir mencapai kondisi pertumbuhan
yang relatif tinggi, tingkat pengangguran turun, dan inflasi rendah. Kenaikan
tingkat bunga yang cukup tinggi tidak akan membuat pertumbuhan ekonomi mereka
menurun tajam.
· Rencana
kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika The Fed tahun ini
Stimulus moneter sebesar 20% dari
PDB Amerika atau US$3,8 triliun akan ditarik perlahan oleh Bank Sentral AS
dengan menaikkan suku bunga. Dalam tiga tahun kedepan akan naik 2,5%-3%, AS
ekonominya meningkat sendiri sehingga suku bunganya juga naik.
4 .2.
Dampak Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat
Nilai rupiah yang tidak stabil akan sangat
mempengaruhi ekonomi makro Indonesia. Secara garis besar, ada tiga variabel
yang mempengaruhi ekonomi makro Indonesia. Variabel pertama yang berhubungan
dengan nilai tukar rupiah berupa nilai keseimbangan permintaan dan penawaran
terhadap mata uang dalam negeri maupun mata uang asing. Merosotnya nilai tukar rupiah merefleksikan menurunnya permintaan
masyarakat terhadap mata uang rupiah karena menurunnya peran perekonomian
nasional atau karena meningkatnya permintaan mata uang asing sebagai alat
pembayaran internasional. Dampak yang akan terjadi adalah meningkatnya biaya impor
bahan baku.
Variabel
yang kedua adalah tingkat suku bunga, dimana akan meningkatnya nilai suku bunga
perbankan yang akan berdampak pada perubahan investasi di Indonesia. Sedangkan variabel yang ketiga adalah
terjadinya inflasi, meningkatnya harga secara umum dan continue akibat
konsumsi masyarakat yang meningkat, dan berlebihnya likuiditas di pasar yang
memicu konsumsi dan spekulasi.
4.3. Sektor
Usaha Yang Diuntungkan Atas Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar
·
Produk Indonesia di luar negeri (Ekspor)
Harga produk
Indonesia yang dijual di luar negeri akan makin murah lagi. Secara teoritis,
hal ini bisa meningkatkan pangsa pasar bagi produk-produk Made in Indonesia.
Selain itu, perusahaan berorientasi ekspor menerima pembayaran dari luar negeri
dalam bentuk Dolar AS yang nilainya semakin tinggi seiring melemahnya rupiah.
Dengan sendirinya, kondisi ini bisa meningkatkan ekspor Indonesia.
a. Perikanan
Sejumlah
perusahaan perikanan yang berorientasi ekspor memanfaatkan momentum ini untuk
bisa menggenjot penjualan ekspor mereka hingga akhir tahun. Sebagai catatan, PT
Dharma Samudera Fishing Industries Tbk (DSFI) membukukan penjualan 1.848
ton atau senilai Rp 136,54 miliar selama semester I–2015. Sebanyak 1.548 ton
atau senilai Rp 131,47 miliar diantaranya untuk ekspor, sisanya lokal. DSFI
juga berhasil mencetak laba bersih Rp 3,78 miliar. Berbeda dengan DSFI, PT
Central Proteina Prima Tbk (CPRO) pada semester I-2015, mencatatkan penjualan
Rp 4,64 triliun.
b. Kopi
Selain itu,
Ketua Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (Gaeki) Hutama Sugandhi mengatakan,
eksportir dan petani kopi Indonesia mendapatkan keuntungan dari melemahnya mata
uang rupiah.
c. Kakao
Sektor lain,
pengusaha dan petani kakao sebagai bahan baku cokelat meraup keuntungan lumayan
dari pelemahan Rupiah akhir-akhir ini. Sebagai contoh, petani di Sulawesi
Selatan yang mengalami penurunan volume produksi dalam beberapa bulan terakhir,
namun dengan melemahnya rupiah, mereka tetap mendapatkan hasil menggembirakan.
Ketua Asosiasi
Kakao Indonesia (Askindo) Sulawesi Selatan, Yusa Rasyid Ali, mengungkapkan,
harga kakao di pasar komoditas dunia sekitar USD3.028 perton. Kalau saja nilai
dolar tidak menguat, dan nilai rupiah melemah, petani dan eksportir pasti akan
rugi.
d. Mebel
Selain itu,
perusahaan furnitur juga mendapat banyak pesanan. Para pembeli dari beberapa
negara seperti mebel dari Denmark, Jerman, dan Spanyol yang telah melakukan
pemesanan membuat omset penjualan naik hingga 10% dari kondisi
normal. Singkat kata, harga dolar yang tinggi jelas menguntungkan
eksportir.
·
Agen Wisata
Sementara
itu, melemahnya nilai tukar rupiah juga menguntungkan agen wisata. Di
Yogyakarta misalnya, mereka kebanjiran pesanan dalam beberapa pekan ini.
Wisatawan mancanegara biasanya melakukan reservasi setahun sebelum kunjungan ke
Yogyakarta. Wisatawan mancanegara yang reservasi itu kebanyakan dari Eropa.
4.4. Sektor
Usaha Yang Dirugikan Atas Pelemahan Nilai Tukar Rupiah dan Upaya Yang Dilakukan
Oleh Pengusaha Dalam Menghadapi Hal Ini
Melemahnya nilai tukar rupiah
terhadap dolar sedikit banyak memberi persoalan terhadap berbagai sektor usaha.
Para pengusaha khawatir karena biaya yang dikeluarkan perusahaan akan
meningkat, terutama atas bahan baku yang berasal dari impor. Sementara daya
beli masyarakat justru turun karena harga barang menjadi mahal.
Berikut adalah beberapa sektor usaha
yang terkena dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar:
·
Pengusaha Tahu dan Tempe
Kita mulai
dari level bawah, bagi para pengusaha yang bahan baku produknya berasal dari
luar negeri, tentu hal ini menjadi kendala yang cukup serius bagi kelangsungan
usahanya. Sebagai contoh ringan, pengusaha tahu tempe yang mengandalkan bahan
baku kedelai impor (karena petani Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan
kedelai nasional). Harga kedelai impor saat ini mencapai Rp 8.300,00 sampai Rp
8.500,00 per kilogramnya dari sebelumnya yang hanya Rp 8.000,00. Walaupun
kenaikan harga kedelai tidak signifikan, bagi pengrajin kecil tentulah hal ini
membebani usaha.
Untuk
menyiasati kenaikan harga kedelai, para pengrajin tahu dan tempe melakukan
berbagai hal untuk menekan kerugian. Mulai dari menaikkan harga, mencampur
kedelai impor dengan kedelai lokal, mengecilkan ukuran, hingga membatasi
produksi. Hal ini hanya dapat berlangsung sementara karena para konsumen
nantinya akan mengeluh dan mulai mencari alternatif lain. Untuk itu para
pengrajin tahu dan tempe berharap pemerintah dapat melakukan berbagai upaya dan
kebijakan terkait kedelai yang selama ini masih sangat bergantung kepada
Amerika Serikat.
·
Peternak
Selain tahu dan tempe, pengusaha
pakan ternak juga dipastikan mengalami masalah serius. Hal itu karena lebih
dari 50% bahan bakunya diimpor dari luar negeri. Selama ini para pengusaha
mengimpor bahan baku pakan ternak (termasuk jagung) dari Amerika Serikat,
Kanada, Meksiko, dan India.
Produksi Jagung Nasional yang hanya
mencapai 5,5 juta ton/tahun belum mampu mencukupi kebutuhan jagung nasional
yang mencapai 8,5 juta ton/tahunnya. Dengan naiknya harga pakan ternak,
otomatis harga daging ayam juga akan mengalami kenaikan.
Untuk menyiasati hal ini, para
peternak melakukan berbagai hal diantaranya menaikkan harga daging ternak,
memberi pakan alternatif, mengurangi populasi hewan ternak, dan mengandalkan
pemakaian probiotik. Hal ini diharapkan dapat menekan kerugian serta dapat
mendatangkan keuntungan walaupun tidak maksimal.
·
Pengusaha Elektronik dan Otomotif
Harga barang-barang elektronik dan
otomotif juga dipastikan akan mengalami lonjakan drastis. Hal ini karena
barang-barang tersebut merupakan produksi luar negeri, atau jika dibuat di
Indonesia, bahan bakunya diimpor dari luar, atau minimalnya, pemilik/ pemegang
saham perusahaan bukan orang pribumi. Kenaikan harga berdampak pada daya beli
masyarakat terhadap produk-produk elektronik dan otomotif semakin rendah dan
para pedagang pastinya bersiap-siap merasakan penurunan omset penjualannya.
Para
pengusaha elektronik dan otomotif juga melakukan berbagai hal untuk menyiasati
dampak dari pelemahan nilai rupiah terhadap dolar ini. Diantaranya mengurangi
kuota impor sampai dengan 20%, menaikkan harga barang, mengurangi kapasitas
produksi, dan menunda peluncuran produk baru yang sudah diagendakan.
4.5. Upaya Yang Dilakukan Pemerintah Untuk
Menstabilkan Nilai Tukar Rupiah
Melemahnya nilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika Serikat membuat perekonomian di Indonesia berjalan
lambat dan hal ini dikhawatirkan oleh para ekonom akan berlanjut ke krisis
ekonomi moneter seperti yang terjadi pada tahun 1998. Untuk itulah pemerintah
Indonesia melakukan beberapa kebijakan ekonomi yang diharapkan akan menarik
minat investor untuk kembali menanamkan modalnya di Indonesia. Kebijakan-kebijakan
ekonomi tersebut, diantaranya:
·
Menerapkan kembali UU No 7 tahun 2011
Salah satu upaya nyata yang
dilakukan pemerintah untuk menanggulangi pelemahan rupiah adalah menegakkan
kembali UU No 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. UU tersebut dengan tegas
menetapkan bahwa setiap transaksi harus dilakukan dengan mata uang rupiah. Bila
berhasil dilaksanakan sepenuhnya, tentu rupiah akan terjaga dari tekanan
fluktuasi. Jadi, di dalam negeri akan dilarang bertransaksi dengan dolar.
·
Mendongkrak ekspor
Ekspor industri, terutama industri
manufaktur, menjadi fokus pemerintah karena sektor tersebut dapat memberikan
nilai tambah pada kegiatan ekspor. Upaya untuk meningkatkan ekspor
industri manufaktur ini sangat menjadi perhatian pemerintah, mengingat sektor
industri manufaktur merupakan sektor yang memberikan nilai tambah tinggi bagi
kegiatan ekonomi, termasuk kegiatan ekspor. Untuk mendukungnya, pemerintah
telah melakukan revisi terhadap berbagai peraturan yang terkait dengan ekspor.
Terutama di sektor produksi tekstil, sepatu, kakao, kopi, mebel, serta kertas.
Pemerintah juga mempertimbangkan pemberian fasilitas untuk barang-barang modal
yang masuk ke dalam negeri, agar dapat membantu dunia usaha mempertahankan daya
saing produk-produknya, terutama produk ekspor. Peningkatan ekspor sangat
penting untuk memperkuat nilai tukar rupiah, karena sangat sulit untuk menekan
atau menghentikan aktivitas impor di era perdagangan bebas saat ini. Salah
satu langkah yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengatasi persoalan tersebut
adalah dengan menyiapkan seluruh struktur ekonomi nasional untuk mampu bersaing
di era perdagangan bebas.
·
Penerbitan term deposit dan global bond untuk memperkuat rupiah oleh BI
Pemerintah
tengah menyiapkan legal framework untuk penerbitan obligasi dolar di dalam
negeri. Pendalaman pasar keuangan melalui penambahan instrumen moneter yang
didukung kebijakan pemerintah akan mengatasi pelemahan niilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika Serikat.
Kebijakan
bank sentral menerbitkan term deposit dalam dolar AS diprediksi akan menyerap
kelebihan likuiditas valuta asing yang selama ini ditempatkan perbankan di luar
negeri sekaligus menstabilkan rupiah. Bank sentral juga akan melakukan
monitoring melalui operasi moneter dalam valuta asing. Saat ini perdagangan
valuta asing di dalam negeri terbatas karena adanya beberapa ketentuan.
Pertama,
transaksi mata uang di dalam negeri harus memiliki underlying transaction.
Kedua, harus full delivery sehingga tidak bisa menggunakan transaksi
non-deliverable fordward (NDF). Ketiga, invesor asing tidak bisa memegang
rupiah. Keempat, ruang lingkup perdagangan mata uang untuk hedging masih
terbatas. Saat ini bank sentral hanya mengizinkan hedging untuk tiga bulan dan
enam bulan.
·
Penekenan empat paket kebijkan yang berorientasi jangka panjang
Ada empat
paket kebijakan yang akan diteken pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi
setelah nilai tukar rupiah terpuruk. Pertama, pemberian insentif pajak kepada
perusahaan yang melakukan ekspor dan perusahaan yang melakukan reinvestasi di
dalam negeri dan keuntungan yang didapatnya. Kedua, upaya perlindungan produk
dalam negeri melalui kebijakan Bea Masuk Anti Dumping Sementara (BMADS) dan Bea
Masuk Tindakan Pengamanan Sementara (BMTPS). Ketiga, penerapan bebas visa.
Keempat, penggunaan biofuel yang diharapkan bisa menghemat devisa yang dipakai
untuk impor solar.
· Meningkatkan iklan wisata untuk menarik
wisatawan mancanegara
Untuk
meningkatkan minat wisatawan mancanegara, pemerintah menambah dana promosi
untuk tahun ini sebesar Rp 1,3 triliun. Sebelumnya dana untuk promosi
pariwisata hanya disediakan Rp 300 miliar. Hal ini juga didukung dengan
pembebasan visa bagi 30 negara. Pemerintah berharap hal ini dapat meningkatkan
jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 2 juta orang setiap tahunnya meskipun
saat ini terjadi kelesuan ekonomi di beberapa negara.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Jadi dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi melemahnya nilai tukar rupiah
terhadap dolar dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor-faktor internal terdiri dari perekonomian
Indonesia yang kurang mapan, pelarian modal kembali ke luar negeri (Capital
Flight), ketidakstabilan politik-ekonomi di Indonesia, dan kultur bangsa
yang cenderung konsumtif dan boros. Sedangkan faktor eksternal berupa keadaan
ekonomi Amerika Serikat yang baik dan Rencana kenaikan suku bunga Bank Central
Amerika The Fed 2015.
Melemahnya
nilai tukar rupiah terhadap dolar memilik dampak positif dan negatif terhadap
para pelaku bisnis. Dampak positif dari pelemahan nilai tukar rupiah sangat
dirasakan pada sektor perikanan, kopi, kakao, mebel dan produk lainnya yang
sebagian besar diekspor ke luar negeri. Mereka cenderung menggunakan dolar
Amerika Serikat sebagai alat transaksi.
Dampak
negatifnya adalah harga bahan baku impor yang naik menyebabkan para pelaku
bisnis harus berupaya untuk menutupi kerugian dengan menaikkan harga produk,
mengurangi ukuran produk, mengurangi produksi dan sebagainya. Hal ini perlu
dilakukan untuk tetap bertahan dalam perekonomian yang tidak stabil seperti
sekarang ini.
Berbagai
upaya pun dilakukan oleh pemerintah dengan menetapkan berbagai kebijakan
seperti menerapkan kembali UU No 7 tahun 2011, mendongkrak ekspor, meneken
empat paket kebijakan, meningkatkan iklan wisata, dan berbagai tindakan lainnya
untuk menstabilkan perekonomian Indonesia dan menguatkan nilai mata uang
rupiah.
5.2. Saran
Melemahnya
nilai tukar rupiah terhadap dolar memberikan banyak dampak negatif terhadap
para pelaku bisnis, hal ini disebabkan bahan baku produksi yang sebagian besar
harus diimpor dari luar negeri karena persediaan dalam negeri yang terbatas.
Hal ini tidak dapat dibiarkan terjadi secara terus-menerus, karena akan
menghambat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Diperlukan
peran penting dari pemerintah untuk menstabilkan kembali nilai rupiah, karena
kebijakan yang dilakukan pemerintah saat ini dinilai lamban dan tidak efektif
mengingat posisi nilai tukar rupiah saat ini masih dalam kondisi yang
mengkhawatirkan.
Namun kita
sebagai konsumen selayaknya mengapresiasi tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah selama ini dengan cara membeli produk dalam negeri dan membatasi
pembelian produk dari luar, melakukan transaksi dengan menggunakan mata uang
rupiah serta memilih berlibur di Indonesia daripada ke luar negeri. Hal ini
sedikit banyak dapat memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat sehingga perekonomian Indonesia menjadi stabil.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar